CERITA RAKYAT TANGKUBAN PERAHU
Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah
Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang ratu yang hanya mempunyai
seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas,
sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda
istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan
benangnya ke lantai berkali-kali.
Saat pintalannya
jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah,
dia akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah
kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang
dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai
dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.
Dayang Sumbi dan
Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa anak
manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama
Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring se lalu ditemani bermain
oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing
yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda
yang tampan dan gagah perkasa.
Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh
anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta.
Setelah beberapa lama mencari tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi
dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil
sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia
menyerahkan daging Tumang pada ibunya, dayanng Sumbi yang mengira daging itu
adalah daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.
Segera setelah pesta
usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada pada anaknya dimana
Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapa akhirnya dia
mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat
murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di
keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh
ayahnya. Untungnya Sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan
bekas luka yang sangat lebar di keningnya.Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi
mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.
Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang
bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik. Segera saja dia jatuh cinta
pada wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya sendiri, tapi mereka tidak
saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun
menerima dengan senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, saat sedang
mengelus rambut tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar
di dahi Sangkuriang, akhirnya dia menyadari bahwa dia hampir menikahi putranya
sendiri.
Mengetahui hal
tersebut Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir
keras dia akhirnya memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak
mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus
membuat sebuah bendungan yang bisa menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah
perahu untuk menyusuri bendungan tersebut. Semua itu harus sudah selesai
sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang mulai
bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang memberinya suatu kekuatan
aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk
memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung
air dari sungai dan mata air.
Beberapa saat sebelum
fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah perahu.
Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan
pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekerjaan anaknya dan
mempercepat datangnya pagi.
Ayam jantan berkokok,
matahari terbit lebih cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyadari bahwa dia
telah ditipu. Dengan sangat marah dia mengutuk Dayang Sumbi dan menendang
perahu buatannya yang hampir jadi ke tengah hutan. Perahu itu berada disana
dalam keadaan terbalik, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu(perahu
yang menelungkub). Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pohon sisa dari
tebangan Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai Bukit Tunggul.
Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan
membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri
dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar